PC IMM TANGSEL

PC IMM TANGSEL
Ayolah a-yo...ayo..Derap derukan langkah, dan kibar geleparkan panji panji... Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, sejarah umat telah menuntut bukti...Ingatlah i-ngat...ingat...Niat tlah diikrarkan, kita lah cendekiawan berpribadi, Susila cakap takwa kepada Tuhan, pewaris tampuk pimpinan umat nanti..Immawan dan immawati...siswa teladan putra harapan, Penyambung hidup generasi..Umat Islam seribu zaman...pendukung cita cita luhur, negri indah adil dan makmur...

Jumat, 22 Juni 2012

Berpoligami dengan Organisasi Intra dan Ekstra Kampus

Oleh : Hafiz Sholahudin

Judul tulisan ini bukan bermaksud untuk mengkampanyekan praktek poligami yang dilakukan oleh beberapa orang yang bahkan tidak segan-segan untuk membuat satu komunitas sendiri beranggotakan para pasangan poligami. Tulisan ini bermaksud mengupas persoalan yang saat ini muncul di kalangan mahasiswa Fakultas Hukum UNS, terkait dengan isu dikotomi antara organisasi intra dan ekstra kampus.

Di beberapa kampus, dikotomi organisasi intra dan ekstra kampus tidak jarang memunculkan gesekan-gesekan yang berujung pada baku hantam antara kedua pihak. Baik organisasi intra maupun ekstra kampus, sama-sama mendiskreditkan pihak yang tidak menjadi bagian dari mereka.Tidak ada salahnya memang jika kita mendikotomikan antara organisasi intra dan ekstra kampus karena pada realitanya kedua tipe organisasi tersebut memang berbeda, walaupun dalam beberapa hal terdapat kesamaan. Karena yang patut dipersalahkan sebetulnya ialah penyikapan atas perbedaan yang ada.Perbedaan diantara keduanya terletak pada keterikatan dengan pihak kampus. Berbeda organisasi intra kampus yang begitu terikat dengan birokrat kampus, organisasi ekstra kampus berdiri independen tanpa terikat dengan birokrat kampus.

Biasanya, organisasi intra kampus, karena merasa bahwa kampus merupakan ”rumah” mereka, maka sebisa mungkin peluang bagi organisasi ekstra kampus untuk ikut mewarnai dinamika kampus ditutup serapat-rapatnya. Tidak jarang usaha-usaha untuk mendiskreditkan organisasi ekstra kampus pun dilancarkan oleh para empunya kampus tersebut. Merasa ruang geraknya dibatasi, organisasi ekstra kampus pun tidak kehilangan akal. Berbagai macam celah pun berusaha mereka temukan agar dapat ikut mewarnai dinamika kampus yang sedang berkembang. Kreativitas mereka dalam bergerak semakin diuji ketika muncul SK DIRJEN DIKTI Nomor 26/DIKTI/Kep/2002 tentang pelarangan organisasi ekstra kampus atau partai politik dalam kehidupan kampus. SK tersebut berisi bahwa melarang segala bentuk Organisasi Ekstra Kampus dan Partai Politik membuka sekretariat (perwakilan) dan atau melakukan aktivitas politik praktis di dalam kampus. Dengan bersenjatakan SK DIRJEN DIKTI ini, beberapa organisasi intra kampus coba menghalau pergerakan organisasi ekstra kampus di dalam ”rumah” mereka. Mereka menafsirkan bahwa organisasi ekstra kampus dilarang beraktivitas apapun di dalam kampus. Padahal jika kita jeli, yang dilarang dari SK DIRJEN DIKTI tersebut hanya melarang pendirian sekretariat dan aktivitas politik praktis.

Kepentingan Politik
Ada beberapa kalangan intra kampus yang menolak infiltrasi organisasi ekstra ke dalam kampus mereka karena alasan bahwa organisasi ekstra kampus memiliki kepentingan politik. Pertanyaan yang muncul ialah apakah gerakan mahasiswa, baik intra maupun ekstra kampus, bebas dari kepentingan politik?

Saya pikir, baik intra maupun ekstra kampus, tidak terbebas dari kepentingan politik. Karena pada dasarnya, menurut Aristoteles, manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang berpolitik. Hanya saja, gerakan politik yang diusung oleh gerakan mahasiswa bukanlah gerakan politik kekuasaan (Power Political Movement) yang merupakan fungsi dasar partai politik dimana penetapan agenda dan target politik maupun pemilahan lawan dan kawan politik semata-mata sebagai urusan taktis dan strategis untuk memperkuat dan mengukuhkan posisi politiknya dalam percaturan kekuasaan sekarang dan di masa depan. Gerakan politik mahasiswa lebih pada gerakan politik nilai (Values Political Movement). Mahasiswa dituntut untuk memperjuangkan nilai-nilai (Values) atau sistem nilai (Values System) yang sifatnya universal seperti keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi, kepedulian kepada rakyat tertindas.

Sinergisitas Gerakan
Berangkat dari tuntutan tersebut, maka sudah seharusnya gerakan mahasiswa menghindarkan diri dari jebakan dan manipulasi kepentingan elite maupun partai politik tertentu. Jika gerakan mahasiswa sudah terjebak pada agenda politik kalangan elite tertentu, maka kepada siapa lagi rakyat akan berharap jika para pengusung politik nilai saja sudah menggadaikan idealismenya?

Selain itu, dikotomi yang ada antara organisasi intra dan ekstra kampus, biarlah itu menjadi kondisi obyektif dari gerakan mahasiswa. Jangan sampai dikotomi diantara keduanya dijadikan alasan untuk saling menganggap musuh antara gerakan mahasiswa. Karena yang terjadi saat ini mengarah pada hal tersebut. Gerakan mahasiswa sekarang berbeda dengan gerakan mahasiswa pada zaman-zaman perjuangan melawan tirani rezim Orba. Mahasiswa, baik yang berasal dari intra maupun ekstra kampus, saling bersinergis melakukan sebuah gerakan bersama untuk melawan setiap tindakan represif yang dilakukan oleh rezim saat itu. Hingga pada puncaknya, gerakan mahasiswa dapat memetik buah manis dari perjuangan yang mereka lakukan dengan ditandai turunnya Soeharto.

Mahasiswa yang mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan di bangku kuliah, dituntut tidak hanya melulu memikirkan hal-hal yang bersifat akademis saja, tetapi juga diharapkan mampu menjadi tempat harapan bagi rakyat tertindas. Untuk itu, perlu kita rapatkan barisan gerakan mahasiswa ini. Jangan posisikan diri kita menjadi tersekat-sekat dalam ruang sempit yang sebetulnya itu hanya akan membinasakan kita sendiri. Baik organisasi intra maupun ekstra kampus sama-sama memiliki peran penting dalam gerakan mahasiswa. Mengapa kita tidak ”mengawini” atau menerima keduanya? Kecuali jika kita sebagai mahasiswa justru ingin memperlemah gerakan mahasiswa yang membawa nilai-nilai universal ini, maka wajar jika kita masih saja memposisikan organisasi intra versus organisasi ekstra kampus.

Senin, 11 Juni 2012

Kader Pencak Silat IMM Tangerang Selatan Jajal Kemampuan di Rusia

TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya dalam sebulan, Indra Kurniawan, kader sekaligus salah satu pendiri IMM Tangerang Selatan, yang saat ini mendapat beasiswa pascasarjana di kampus RUDN Rusia telah membuktikan bahwa kehadirannya dan sesama mahasiswa Indonesia lain di rusia tidak hanya belajar.
Melekat dalam diri mereka predikat sebagai duta budaya bangsa. Predikat ini bukanlah suatu yang berlebihan. Pasalnya mereka berturut-turut mampu membuat publik Rusia dan negara lain terkagum akan kekayaan budaya Indonesia. Pada hari jumat, tanggal 4 mei 2012 mereka menampilkan rangkaian tari rantak berpadu dengan gerakan pencak silat di acara tahunan kampus RUDN bernama Planeta yugozapadnaya. Kekhasan penampilan tim indonesia membuat para tamu undangan dari seluruh dunia terpana. Alunan musik pengiring dan keindahan gerakan tari seakan membawa hati para penonton  melayang ke negeri subur dan makmur, Indonesia.

Penonton juga menyepakati bahwa berbicara tentang jenis bela diri tradisional bernama pencak silat, Indonesialah pelopornya. Pengakuan tersebut sangat penting artinya agar pencak silat tidak mudah diklaim oleh negara lain seperti halnya kekayaan budaya bangsa yang sedang di bidik sebagai bagian budaya mereka. Dikatakan oleh Indra Kurniawan, pendekar silat Persaudaraan Setia Hati Terate yang memperagakan silat seni bersama tarian rantak di acara tersebut, bahwa pencak silat merupakan salah satu kekayaan budaya asli Indonesia.
Tugas kita semua untuk meyakinkan dunia internasional melalui sumber-sumber sejarah pencak silat indonesia. Hal terpenting menurut pendekar silat SH Terate yang juga ketua PERMIRA (Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Rusia) yaitu pelestarian pencak silat dan tarian indonesia oleh generasi muda. Rasa bangga terhadap kekayaan budaya, perasaan tidak rela negara lain mengklaimnya perlu dibarengi pelestarian kekayaan budaya bangsa itu sendiri. Selain menyuguhkan tarian rantak asal sumatera barat dan gerakan silat SH Terate, para mahasiswa juga memamerkan aneka cindera mata  bernilai seni nusantara.

Berselang dua minggu dari acara planeta yugozapadnaya di kampus RUDN tepatnya pada hari selasa, tanggal 15 Mei 2012, sekelompok mahasiswa Indonesia menampilkan kompaknya tari saman. Tarian khas dari Nangroe Aceh Darussalam ini mendapat sambutan meriah dari para tamu undangan acara festival rAsia.com.  Bertempat di sebuah gedung pertunjukkan bernama” исвеции  Hall” tidak jauh dari lapangan merah Kremlin. Tim tari mahasiswa Indonesia yang tampil semarak  itu beranggotakan 13 orang. Festival rAsia.com itu sendiri sering mengadakan acara yang didalamnya mengangkat tema kebudayaan. Disaat yang sama grup tari dan penyanyi dari beberapa negara seperti: Korea, Jepang, China, dan republik- republik Rusia juga meramaikan pertunjukkan.

IMM Tangerang Selatan berpendapat bahwa hal terpenting dari keikutsertaan tim tari mahasiswa Indonesia di Rusia adalah upaya mengenalkan kekayaan budaya nusantara. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia memiliki banyak kekayaan  budaya bangsa. Kita ambil contoh kekayaan budaya berupa tari-tarian. Hampir disetiap daerah dari ujung pulau sumatera hingga papua terdapat  keanekaragaman jenis tari. Sayangnya, tidak semua jenis tari dikenal masyarakat Indonesia sendiri terlebih masyarakat dunia.  Langkah para pahlawan budaya yang membawakan tari saman di festival rAsia.com perlu diapresiasi banyak pihak. Apresiasi ini bukan berarti imbalan berupa materi tetapi langkah tersebut idealnya di lakukan semua elemen anak bangsa, baik mereka yang ada di Indonesia maupun yang sedang berada diluar negeri. Bayangkan mereka selain belajar dikampus sesuai bidangnya juga menyempatkan waktu berlatih tari. Seperti yang diungkapkan Yunita, pelatih tim tari dan ikut menjadi anggota pertunjukkan tari saman tersebut bahwa keinginan untuk mengenalkan tari nusantara justru menguat ketika dirinya berada diluar negeri. Oleh karena itu, ia bersama teman-teman sangat antusias berlatih tari walau harus berbagi waktu belajar di kampus masing-masing.
Lain halnya dengan Orri Pasaribu, presiden perwakilan mahasiswa indonesia di kampus RUDN, ia berpendapat bahwa menampilkan tari saman merupakan upaya penegasan dimana bangsa indonesia sangat kuat jati dirinya karena kepemilikan beragam budaya, khususnya tarian. Salah satu anggota tari saman, Asrinda, merupakan putri asli dimana jenis tari yang mengunggulkan kekompakkan itu berasal. Menurut Asrinda, tari saman syarat dengan nuansa sejarah masyarakat Aceh. Kebetulan dirinya menggeluti bidang sejarah dimana ia belajar sekarang.

Menurut Indra Kurniawan, awalnya semua pihak kurang percaya diri menampilkan tari saman di hadapan publik apalagi akan disaksikan banyak orang dibelahan dunia. Melihat reklame pertunjukan di web site. Festival rAsia.com tim tari sempat menciut nyalinya. Waktu latihan yang sempit seakan tidak sebanding dengan event spektakuler dimana tim tari harus unjuk kebolehannya. Namun menurut Adri, syeh dalam tim tari saman, berkat dukungan banyak pihak dan latihan yang sungguh-sungguh, kami yakin bisa tampil optimal. Kekurangsempurnaan dirasanya wajar saja, apalagi mahasiswa biasa yang baru berlatih tari.

Ada pesan penting dari salah satu anggota tim tari dan dia juga ketua perhimpunan mahasiswa Indonesia di rusia (PERMIRA) bernama Indra kurniawan. Menurutnya, moment spektakuler ini jangan hanya sebatas pertunjukkan semata tetapi hal mendasar yang ingin ia tekankan adalah pelestarian tari saman dan kekayaan budaya bangsa lainnya yang berkelanjutan sehingga tidak membuka peluang negara lain mengklaimnya. Pesan tersebut senada dengan apa yang disampaikannya mengenai pelestarian pencak silat dan tari rantak di acara planeta yugozapadnaya beberapa minggu sebelumnya. Dalam hal perlindungan aset budaya bangsa diperlukan dukungan semua pihak yang masih memiliki rasa dirinya tidak bisa terpisahkan dari jati diri bangsa Indonesia. Sehingga pada gilirannya nama bangsa menjadi harum di masyarakat dunia.