PC IMM TANGSEL

PC IMM TANGSEL
Ayolah a-yo...ayo..Derap derukan langkah, dan kibar geleparkan panji panji... Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, sejarah umat telah menuntut bukti...Ingatlah i-ngat...ingat...Niat tlah diikrarkan, kita lah cendekiawan berpribadi, Susila cakap takwa kepada Tuhan, pewaris tampuk pimpinan umat nanti..Immawan dan immawati...siswa teladan putra harapan, Penyambung hidup generasi..Umat Islam seribu zaman...pendukung cita cita luhur, negri indah adil dan makmur...

Rabu, 29 Agustus 2012

Gelagat Muslim Rusia Akan Menjadi Mayoritas

Jakarta - "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS Al- Baqarah 249)

Sudah sejak lama bisik-bisik ini terdengar santer. Bahkan menjadi gunjingan yang kadang menggelisahkan banyak pihak. Inilah sebuah isu yang maha dahsyat: suatu ketika nanti, kurang dari setengah abad kedepan Islam akan menjadi mayoritas di Rusia. Benarkan isu tersebut atau hanya isapan jempol semata?

Untuk memberikan gambaran bagaimana umat Islam di Rusia semakin banyak jumlahnya, tengoklah cerita seorang lawyer muslim kota Moskow di akhir musim dingin lalu. Menurutnya, umat Islam di ibukota Rusia ini makin hari makin banyak dan kini diperkirakan lebih dari 2 juta orang jumlahnya. Pada shalat hari raya Idul Fitri di sebuah masjid agung kota Moskow, masjid Prospek Mira misalnya, jamaahnya meluber sampai dekat stasiun metro yang bila jalan kaki dari masjid memerlukan waktu 10 menit.

“Shalat saat itu sudah seperti di Makkah ketika musim haji. Di jalan dan trotoar. Penuh sesak dan asal dapat tempat,” kenangnya.

Beberapa laporan riset yang dilakukan oleh Graeme Smith dan diterbitkan oleh 'The Globe and Mail' di Toronto menguatkan kenyataan di atas. Dalam observasinya di provinsi Ulyanivsk Oblast misalnya, terdapat kecenderungan penurunan jumlah penduduk secara keseluruhan, namun jumlah penduduk muslimnya khususnya yang berasal dari Tatar mengalami lonjakan mencapai 12%.

Bahkan, pengamat asal Amerika bernama Paul Globe memperkirakan Rusia akan menjadi negara berpenduduk mayoritas muslim mengingat sejauh ini populasinya telah meningkat sebanyak 40%, dimana 2,5 juta hingga 3,5 juta diantaranya berada di Moskow.

Bedanya dengan di negara-negara Barat pada umumnya, muslim di Rusia tergolong penduduk asli, bukan kaum pendatang (imigran).Islam telah datang dan menyebar di Rusia sejak lama dan berkembang di wilayah Volga tengah pada abad ke-16 yang disyiarkan oleh kaum Tatar dan Turki. Kemudian pada abad 18 dan 19, Rusia menaklukkan wilayah-wilayah di bagian selatan yang berpenduduk muslim dan dijadikan bagian dari negaranya. Daerah itu dikenal dengan nama seperti Dagestan, Chechnya, dan Kaukasus Utara.

Meskipun demikian, ada juga ahli demografi yang tidak sepenuhnya sependapat bahwa pada kisaran tahun 2050 mendatang Rusia akan didominasi oleh masyarakat yang beragama Islam. Menurutnya, proyeksi itu agak berlebihan karena mengabaikan faktor asimiliasi dan kawin campur antara umat Islam dan mereka yang beragama Ortodoks. Asimimilasi dan kawin campur semacam ini kemungkinannya bisa tinggi mengingat kebanyakan umat Islam di Rusia masih pada taraf muallaf dan kurang mempraktikkan agamanya dengan baik, ditambah kondusifnya Rusia sebagai melting pot berbagai bangsa.

Yang jelas, dengan mengambil gambaran pada beberapa tahun terakhir dapat dipastikan akan ada perubahan demografi di Rusia yang cukup substansial walaupun belum bisa dipastikan jumlah umat Islam akan melebihi mayoritas suku Rusia. Yang sangat mungkin akan terjadi adalah, umat Islam akan menjadi jauh lebih banyak dari yang ada saat ini sehingga terjadi perimbangan jumlah dengan kelompok mayoritas sekarang.


*Penulis adalah pengarang buku Geliat Islam di Rusia, ajimoscovic@gmail.com


Sumber : ramadan.detik.com




Senin, 23 Juli 2012

Mengapa Muhammadiyah Memakai Hisab ?

Oleh : Hafiz Sholahudin

Salah satu saat Muhammadiyah ‘naik’ di media massa adalah ketika menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Pasalnya, Muhammadiyah yang memakai metode hisab terkenal selalu mendahului pemerintah yang memakai metode rukyat dalam menentukan masuknya bulan Qamariah. Hal ini menyebabkan ada kemungkinan 1 Ramadhan dan 1 Syawal versi Muhammadiyah berbeda dengan pemerintah. Dan hal ini pula yang menyebabkan Muhammadiyah banyak menerima kritik, mulai dari tidak patuh pada pemerintah, tidak menjaga ukhuwah Islamiyah, hingga tidak mengikuti Rasullullah Saw yang jelas memakai rukyat al-hilal. Bahkan dari dalam kalangan Muhammadiyah sendiri ada yang belum bisa menerima penggunaan metode hisab ini.

Umumnya, mereka yang tidak dapat menerima hisab karena berpegang pada salah satu hadits yaitu “Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan bebukalah (idul fitri) karena melihat hilal pula. Jika bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka genapkanlah bilangan bulan Sya’ban tigapuluh hari” (HR Al Bukhari dan Muslim). Hadits tersebut (dan juga contoh Rasulullah Saw) sangat jelas memerintahkan penggunaan rukyat, hal itulah yang mendasari adanya pandangan bahwa metode hisab adalah suatu bid’ah yang tidak punya referensi pada Rasulullah Saw. Lalu, mengapa Muhammadiyah bersikukuh memakai metode hisab? Berikut adalah alasan-alasan yang  diringkaskan dari makalah Prof. Dr. Syamsul Anwar, M.A. yang disampaikan dalam pengajian Ramadhan 1431.H PP Muhammadiyah di Kampus Terpadu UMY.

Hisab yang dipakai Muhammadiyah adalah hisab wujud al hilal, yaitu metode menetapkan awal bulan baru yang menegaskan bahwa bulan Qamariah baru dimulai apabila telah terpenuhi tiga parameter: telah terjadi konjungsi atau ijtimak, ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk. Sedangkan argumen mengapa Muhammadiyah memilih metode hisab, bukan rukyat, adalah sebagai berikut.

Pertama, semangat Al Qur’an adalah menggunakan hisab. Hal ini ada dalam ayat “Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan” (QS 55:5). Ayat ini bukan sekedar menginformasikan bahwa matahari dan bulan beredar dengan hukum yang pasti sehingga dapat dihitung atau diprediksi, tetapi juga dorongan untuk menghitungnya karena banyak kegunaannya. Dalam QS Yunus (10) ayat 5 disebutkan bahwa kegunaannya untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu.

Kedua, jika spirit Qur’an adalah hisab mengapa Rasulullah Saw menggunakan rukyat? Menurut Rasyid Ridha dan Mustafa AzZarqa, perintah melakukan rukyat adalah perintah ber-ilat (beralasan). Ilat perintah rukyat adalah karena ummat zaman Nabi saw adalah ummat yang ummi, tidak kenal baca tulis dan tidak memungkinkan melakukan hisab. Ini ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim,“Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Yakni kadang-kadang dua puluh sembilan hari dan kadang-kadang tiga puluh hari”. Dalam kaidah fiqhiyah, hukum berlaku menurut ada atau tidak adanya ilat. Jika ada ilat, yaitu kondisi ummi sehingga tidak ada yang dapat melakukan hisab, maka berlaku perintah rukyat. Sedangkan jika ilat tidak ada (sudah ada ahli hisab), maka perintah rukyat tidak berlaku lagi. Yusuf Al Qaradawi menyebut bahwa rukyat bukan tujuan pada dirinya, melainkan hanyalah sarana. Muhammad Syakir, ahli hadits dari Mesir yang oleh Al Qaradawi disebut seorang salafi murni, menegaskan bahwa menggunakan hisab untuk menentukan bulan Qamariah adalah wajib dalam semua keadaan, kecuali di tempat di mana tidak ada orang mengetahui hisab.

Ketiga, dengan rukyat umat Islam tidak bisa membuat kalender. Rukyat tidak dapat meramal tanggal jauh ke depan karena tanggal baru bisa diketahui pada H-1. Dr.Nidhal Guessoum menyebut suatu ironi besar bahwa umat Islam hingga kini tidak mempunyai sistem penanggalan terpadu yang jelas. Padahal 6000 tahun lampau di kalangan bangsa Sumeria telah terdapat suatu sistem kalender yang terstruktur dengan baik.

Keempat, rukyat tidak dapat menyatukan awal bulan Islam secara global. Sebaliknya, rukyat memaksa umat Islam berbeda memulai awal bulan Qamariah, termasuk bulan-bulan ibadah. Hal ini karena rukyat pada visibilitas pertama tidak mengcover seluruh muka bumi. Pada hari yang sama ada muka bumi yang dapat merukyat tetapi ada muka bumi lain yang tidak dapat merukyat.  Kawasan bumi di atas lintang utara 60 derajad dan di bawah lintang selatan 60 derajad adalah kawasan tidak normal, di mana tidak dapat melihat hilal untuk beberapa waktu lamanya atau terlambat dapat melihatnya, yaitu ketika bulan telah besar. Apalagi kawasan lingkaran artik dan lingkaran antartika yang siang pada musim panas melabihi 24jam dan malam pada musim dingin melebihi 24 jam.

Kelima, jangkauan rukyat terbatas, dimana hanya bisa diberlakukan ke arah timur sejauh 10 jam. Orang di sebelah timur tidak mungkin menunggu rukyat di kawasan sebelah barat yang jaraknya lebih dari 10 jam. Akibatnya, rukyat fisik tidak dapat menyatukan awal bulan Qamariah di seluruh dunia karena keterbatasan jangkauannya. Memang, ulama zaman tengah menyatakan bahwa apabila terjadi rukyat di suatu tempat maka rukyat itu berlaku untuk seluruh muka bumi. Namun, jelas pandangan ini bertentangan dengan fakta astronomis, di zaman sekarang saat ilmu astronomi telah mengalami kemajuan pesat jelas pendapat semacam ini tidak dapat dipertahankan.

Keenam, rukyat menimbulkan masalah pelaksanaan puasa Arafah. Bisa terjadi di Makkah belum terjadi rukyat sementara di kawasan sebelah barat sudah, atau di Makkah sudah rukyat tetapi di kawasan sebelah timur belum. Sehingga bisa terjadi kawasan lain berbeda satu hari dengan Makkah dalam memasuki awal bulan Qamariah. Masalahnya, hal ini dapat menyebabkan kawasan ujung barat bumi tidak dapat melaksanakan puasa Arafah karena wukuf di Arafah jatuh bersamaan dengan hari Idul Adha di ujung barat itu. Kalau kawasan barat itu menunda masuk bulan Zulhijah demi menunggu Makkah padahal hilal sudah terpampang di ufuk mereka, ini akan membuat sistem kalender menjadi kacau balau.

Argumen-argumen di atas menunjukkan bahwa rukyat tidak dapat memberikan suatu penandaan waktu yang pasti dan komprehensif. Dan karena itu tidak dapat menata waktu pelaksanaan ibadah umat Islam secara selaras diseluruh dunia. Itulah mengapa dalam upaya melakukan pengorganisasian system waktu Islam di dunia internasional sekarang muncul seruan agar kita menggunakan hisab dan tidak lagi menggunakan rukyat. Temu pakar II untuk Pengkajian Perumusan Kalender Islam (Ijtima’ al Khubara’ as Sani li Dirasat Wad at Taqwimal Islami) tahun 2008 di Maroko dalam kesimpulan dan rekomendasi (at Taqrir al Khittami wa at Tausyiyah) menyebutkan: “Masalah penggunaan hisab: para peserta telah menyepakati bahwa pemecahan problematika penetapan bulan Qamariahdi kalangan umat Islam tidak mungkin dilakukan kecuali berdasarkan penerimaan terhadap hisab dalam menetapkan awal bulan Qamariah, seperti halnya penggunaan hisab untuk menentukan waktu-waktu shalat”.

Sumber : http://www.muhammadiyah.or.id/

Beberapa cara penentuan awal bulan (hijriyah) baru

A. Rukyat/ Metode Hilal

Metode Rukyat adalah dengan melihat Hilal atau suatu cara untuk menetapkan awal bulan, rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah Matahari terbenam. Hilal hanya dapat dilihat sesaat setelah Matahari terbenam (maghrib), karena intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding dengan cahaya Matahari, serta ukurannya sangat tipis. Bila cuaca mendung/buruk, sehingga bulan tidak dapat dilihat, maka hendaklah menggunakan istikmal (menyempurnakan bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari). Teknik ini sudah dipakai sejak Zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, hanya saja tidak memakai alat bantu seperti teleskop, karena memang saat itu belum ada. tinggi hilal di atas ufuk adalah minimal dua derajat, baru bisa dikatakan awal bulan baru. Oleh karena itu, apabila posisi hilal kurang dari dua derajat tidak imkan dirukyat dan tidak bisa ditetapkan sebagai awal Ramadhan dan awal Syawal, sehingga awal ramadhan dan awal Syawal ditetapkan pada hari berikutnya

B. Metode Hisab

Penetapan dengan hisab melalui pendekatan wujudul hilal.

Artinya awal Ramadhan dan awal Syawal ditetapkan berdasarkan perhitungan hisab asalkan posisi hilal berada di atas ufuk berapa pun derajat tingginya, walaupun kurang dari 0,5 derajat, dan walaupun hilal tidak dapat dilihat dengan mata kepala, karena yang penting hilal sudah wujud. Jadi rukyatul hilal bil fi’li tidak perlu dilakukan dalam penetapan awal atau akhir bulan.

Hisab bisa juga dikatakan adalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan Ramadhan, dengan menggunakan perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah.


Dalil-dalil yang digunakan oleh Ahli Hisab dan Rukyah

a. Dalil Ahli Hisab
 
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
Surah Yunus ayat 5

b. Dalil Yang Digunakan Oleh Ahli Rukyat

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم صوموا لرؤيته وافطروا لرؤيتة فإن غبي عليكم فاكملوا عدة شعبان ثلاثين (رواه البخاري)

Rasulullah Saw bersabda “Berpuasalah dengan melihat hilal dan berbuka (berhariraya)lah dengan melihatnya pula. Jika (hilal)terhalang (awan) hingga kalian tidak dapat melihatnya, maka genapkanlah bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari” (HR. al-Bukhari)

عن بن عمر رضي الله عنهما أنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر رمضان فضرب بيده فقال الشهر هكذا وهكذا ثم عقد إبهامه في الثالثة فصوموا لرؤيته وافطروا لرؤيتة فإن أُغْمي عليكم فاقدروا له ثلاثين (رواه مسلم)

Dari Ibn Umar ra, sesungguhnya Rasulallah Saw menceritakan Ramadhan, kemudian memukulkan tangannya, kemudian bersabda “Sebulan itu adalah sekian dan sekian, kemudian beliau melengkungkan ibu jarinya pada perkataan yang ketiga, maka berpuasalah kamu karena melihat hilal, dan berbukalah (mengakhiri puasa) kamu karena melihat hilal. Jika hilal tertutup oleh awan, maka pastikanlah bilangan hari pada bulan itu lamanya menjadi 30 hari” (HR. Muslim).

Mengapa Muhammadiyah dan NU sering berbeda dalam menentukan awal Ramadhan dan  awal Syawal?

Menurut saya ada beberapa alasan;

1. Ormas Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan baru menggunkan metode hisab. Metode hisab biasanya sudah bisa diramalkan jauh-jauh hari. Berbeda dengan NU / pemerintah, menggunakan metode rukyat, yang artinya hilal bulan baru jika berada di atas 2 derajad di atas ufuk. dan baru tidak bisa diramalkan jauh hari sebelumnya alias mesti dilihat atau dipraktekkan pada hari yang dianggap hilal akan muncul.

2. Muhammadiyah menggunakan metode hisab tidak lain tujuannya adalah agar kita selaku umat Islam tidak perlu direpotkan lagi dengan melihat hilal. Toh ilmu astronomi sekarang sudah sangat canggih, sehingga pergerakan benda angkasa ataupun misalnya gerhana bulan dan matahari sudah bisa diramalkan waktu dan tempatnya dengan tepat. Selain itu, mereka beranggapan seandainya seluruh dunia misalnya gelap ataupun tertutup awan, mustahil hilal dapat dilihat, terlebih daerah-daerah yang sarana komunikasinya belum terjangkau dengan baik.

3. Pemerintah, selama puluhan tahun berpegang pada metode rukyat. Bagaimanapun pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keagamaan tentu memiliki alasan-alasan tertentu dalam memakai metode ini. Toh alat sudah semakin canggih( misalnya teleskop atau teropong), rasanya tidak repot-repot amat untuk melihat bulan baru. Media komunikasi massal dan global sudah banyak dimiliki masyarakat, seperti Handphone dan Televisi, sehingga berita dapat disosialisakan dengan cepat.


Bagaimana? Yaah, mudahan kita bisa memahami perbedaan tersebut. Tak perlu ada perdebatan yang sengit jika kita selaku umat Islam paham mengenai hal ini. Tak perlu lagi kita gontok-gontokkan. Silakan ikuti yang mana, pemerintah atau Ormas Muhammadiyah, NU, PERSIS terserah.... Intinya kita harus selalu berpegang pada satua saja, jangan gonta-ganti cari enaknya aja. heheee dan jangan sampai pula kita mengikuti arahan Ormas tertentu karena berniat ingin mengurangi jumlah hari puasa Ramadhan yaa? xixixi.

Mohon jika ada kekurangan dan kekeliruan bisa dikoreksi dan ditambahkan

Uniknya Perbedaan Waktu Puasa Berbagai Negara Di Dunia

Bagi umat muslim, dalam hitungan hari akan melaksakan ibadah puasa Bulan suci Ramadhan. Ada yang unik dari dari ibadah ini, yakni perbedaan durasi waktu menjalankan ibadah puasa di berbagai negara. Durasi terlama adalah selama 19 jam 57 menit. Bebeda dengan negara indonesia yang rata-rata berdurasi selama 13 jam 3 menit. Mengapa demikian lamanya?
Perputaran Bumi dalam mengelilingi matahari tidaklah lurus melainkan miring. Hal ini menyebabkan dalam waktu tertentu (maret - september), negara-negara di belahan bumi utara menerima cahaya matahari lebih lama dari yang di selatan, dan di waktu yang lain (oktober - februari) negara-negara di belahan bumi selatan menerima cahaya matahari lebih lama dari yang di utara).

Jadi, beruntunglah kita yang tinggal di Indonesia, karena durasi berpuasa kira-kira 12 jam jika dibandingkan dengan negara lainnya seperti Eropa yang durasi puasanya rata-rata 15-16 jam.
Berikut perbedaannya.
  1. Casey Station, Antartika: imsak pukul 6:30 pagi dan berbuka puasa pada pukul 15:48 sore (Berpuasa selama   9 jam 18 menit)
  2. Perth (Australia Barat): imsak pukul 5:42 dan berbuka puasa pada pukul 17:41 (Berpuasa selama 11 jam 59 menit)
  3. Jakarta : imsak pukul 4:52 dan berbuka puasa pada pukul 17:55 (Berpuasa selama 13 jam 3 menit)
  4. Mekkah di Arab Saudi: imsak pukul 4:31 dan berbuka pada pukul 19:01 (Berpuasa selama 14 jam 30 menit)
  5. Tokyo, Jepang: imsak pukul 3:11 dan berbuka pada pukul 18:47 (Berpuasa selama 15 jam 36 menit)
  6. New York di Amerika Serikat: imsak pukul 4:25 dan berbuka pada pukul 20:12 (Berpuasa selama 15 jam 47 menit)
  7. London, Inggris: imsak pukul 2:45 dini hari dan berbuka pada pukul 20:50 malam (Berpuasa selama 18 jam 5 menit)
  8. Provideniya, di Rusia: imsak pukul 1:46 dini hari dan berbuka puasa pada pukul 21:43 malam, (Berpuasa selama 19 jam 57 menit)

Rabu, 11 Juli 2012

Mendaki Gunung = Peziarahan Hidup

Oleh : Hafiz Sholahudin
 
Mendaki gunung bukanlah sekedar naik dan turun gunung. Mendaki gunung membutuhkan modal fisik dan mental. Keduanya tergantung dari jarak, karakteristik gunung dan lamanya pendakian. Modal tersebut juga terpengaruh sebab oleh lokasi gunung baik di dalam maupun luar negeri.
Dalam dunia bisnis modal bisa disebut sebagai investasi dengan perhitungan manfaat, keuntungan materi dan nonmateri dapat menghasilkan suatu kepuasan tersendiri yang disebut Profit.
Secara umum manfaat mendaki gunung adalah demi kesehatan fisik dan kekuatan mental sejalan dengan kalimat pepatah dibalik badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Beberapa orang awam mungkin hanya mengetahui manfaat gunung sebagai sarana memupuk kecintaan pada lingkungan hidup. Namun banyak diantara kita tidak sadar akan pentingnya mendaki. Berikut ini adalah beberapa contoh profit mendaki, antara lain adalah:

a. Mengajarkan dasar-dasar kerjasama tim (teamwork) dan solidaritas, karena pada dasarnya kegiatan mendaki gunung pasti melibatkan beberapa orang. Andai saja mereka tidak kompak, sulit rasanya membayangkan bahwa tujuan pendakian akan tercapai, paling tidak dengan adanya teamwork yang solid insiden negative bisa diminimalisir.
b. Menumbuhkan kepekaan sosial, minimal dapat menyelami kehidupan sosial masyarakat desa di lereng-lereng gunung yang notabene jauh dari jangkuan keramaian kota. Mungkin dari sinilah timbul kegiatan-kegiatan bakti sosial yang ditujukan untuk membantu penduduk desa di lereng-lereng gunung. Banyak mantan pendaki yang akhirnya juga berkecimpung di dunia Community Development (Pemberdayaan Masyarakat) setelah mereka berkecimpung lama dengan masyarakat desa lereng gunung.
c. Mengembangkan mental tangguh dan berani mengambil keputusan. Kadang-kadang nekad bukan berarti tanpa perhitungan, tapi justru ketika timbul keraguan dalam menjalankan suatu keputusan, maka dibutuhkan kenekadan untuk mengeksekusi. Mendaki gunung ibarat sebuah perziarahan hidup, sekali kita melangkahkan kaki demi tujuan tertentu, kita pantang untuk mundur sebelum tujuan kita tercapai. Kemudian dapat merefleksikan bagaimana perjalanan hidup kita, ada susah, senang, berliku, terjal bahkan terjatuh.
d. Membuka lapangan kerja bagi produsen-produsen peralatan pendakian. Yang satu ini tak diragukan lagi kebenaran faktanya, coba saja bayangkan, produsen tali kernmantel, sudah susah-susah bikin pakai ISO 9002 lagi, berhubung kegiatan mendaki gunung tidak ada, akhirnya cuman buat tali jemuran atau tali sumur. Ada banyak cerita sukses kewirausahaan yang juga dapat ide setelah ikut kegiatan naik gunung, misalnya: jadi produsen tas ransel dengan bikin merek sendiri, dll.
e. Se-ide dengan poin (d.) bahkan produsen barang-barang elektronik juga terkena imbasnya, misalnya: produsen kamera digital, peralatan GPS, dll.
f.  Membuka peluang usaha warung, home stay dan porter di desa-desa lereng gunung. Yang satu ini bisa juga disebut pemerataan peluang ekonomi yang juga mendukung sector pariwisata.
g. Sebagai ajang promosi atau penggalangan dana sosial. Ada banyak cerita yang bisa dibaca darinya, kita ambil contoh saja misalnya: suatu yayasan mengadakan kegiatan pendakian ke gunung tertentu dimana hasil dari sponsorship disumbangkan untuk membantu suatu kegiatan social.
h. Dan masih banyak lagi contoh lain yang bisa kita browsing lewat internet.
So, setelah membaca serta menelaah uraian sederhana diatas, ternyata ada manfaat yang bersifat langsung dan tidak langsung. Kalau begitu, kira-kira kedua jenis manfaat tersebut sebanding nggak ya.. dengan biaya yang telah kita keluarkan? Kira-kira naik gunung masihkah hanya bermanfaat sebatas kegiatan olahraga saja?

Mendaki memang melelahkan, tetapi banyak sekali keuntungannya.

ALAM MEMBENTUK JATI DIRI KITA…(Soe HokGie)

Mungkin beberapa di antara kita dalam kesehariannya biasa dibuai dan dimanja dengan berbagai macam pelayanan dan fasilitas yang ada. Ibu menyiapkan masakan dan pakaian untuk kita, dan ayah mencari nafkah, sedangkan kita tinggal menerima dan menikmati pelayanan itu. Namun ketika kita berada dalam hutan belantara, kondisinya bisa berputar seratus delapan puluh derajat. Kita dituntut mandiri dan cekatan, tidak ada pelayan selain diri kita sendiri. Demi tujuan kita, kita tidak bisa menyandarkan diri atau bergantung pada orang lain. Dalam pendakian dapat terlihat jelas karakter asli dari sang pendaki, mana yang mementingkan diri sendiri, ceroboh, penakut, manja, pemalas, bermental tangguh dan mana yang bermental lembut. Semua tipe asli pribadi orang dapat terlihat jelas ketika ia hidup dalam tekanan yang besar, begitu juga dalam pendakian. Dimana kondisinya jauh dari peradaban, tidak ada penolong selain diri kita dan tim. Itulah sebabnya kerjasama tim sangat diperlukan dalam pendakian demi tercapainya tujuan mendaki, yaitu suskes menuju puncak. Kesuksesan dalam pendakian dapat disamakan arti dengan sukses dalam kehidupan. Dimana demi tujuan kita banyak aral rintangan yang menghadang menuntut kesabaran dan ketahanan mental memecahkan permasalahan. Tidak ada kesuksesan tanpa jarih payah, bahkan harus dengan keringat, darah dan air mata.(GIE)